Mengatasi Bullying di Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bullying merupakan salah satu tindak kekerasan yang dapat terjadi kepada siapa pun dan di mana pun, seperti di kantor pemerintah, perusahaan swasta, instansi pendidikan dan lain-lain. Tindakan bullying dapat terjadi dari atasan kepada bawahan, antara karyawan dengan karyawan, dari kepala sekolah kepada guru, antarguru, guru kepada murid dan antara murid dengan murid.

Sebanyak 27,5 persen guru (sekitar 1 dari 4 guru) berpendapat bahwa sesekali mengalami penindasan tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa.

Akibat kurang menyadari dampak negatif tersebut, para guru tidak secara efektif mengatasi masalah bullying di sekolah. Bahkan, ada kalanya para guru juga melakukan bullying pada siswa dalam rangka mendidik dan menegakkan disiplin. Umumnya, guru-guru yang cenderung melakukan bullying adalah mereka yang bertipe agresif. Dari hasil survei yang dilakukan SEJIWA terhadap lebih dari 600 guru di 32 sekolah di 7 kota menunjukkan bahwa rata-rata para guru mempersepsi ada sekitar 37 persen guru yang bertipe agresif.

Ada hasil survei Semai Jiwa Amini (SEJIWA) pada 2 SMA di Jakarta dan satu di Semarang yang perlu disimak yakni 10 persen (1 dari 10 guru) berpendapat bahwa hukuman fisik adalah cara menegur yang paling efektif.

Selain itu, sepuluh persen guru (1 dari 10 guru) menghukum siswa yang melakukan kesalahan dengan hukuman fisik dan 36 persen siswa (hampir 4 dari 10 siswa) mengemukakan bahwa guru mereka membentak dan memojokkan siswa agar siswa mengakui kesalahannya.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Bullying

Menurut kamus bebas online Wikipedia: Bullying is the act of intentionally causing harm to others, through verbal harassment, physical assault, or other more subtle methods of coercion such as manipulation. Bullying adalah perilaku yang disengaja yang menyebabkan orang lain terganggu baik melalui kekerasan verbal, serangan secara fisik, maupun pemaksaan dengan cara-cara halus seperti manipulasi. Secara harfiah bullying berasal dari kata bully yang artinya pemarah, orang yang suka marah.

Menurut Andrew Mellor (Univ. of Edinburgh, antibullying network), Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain, dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk mencegahnya.

Bullying merupakan perilaku yang tak senonoh yang diarahkan kepada orang lain yang dianggap lebih lemah. Perilaku bullying dapat berwujud fisik, verbal dan psikologis.

Bullying yang berwujud fisik antara lain memukul, menjewer, mencubit, meninju, mendorong, menendang, menjitak, mendorong kepala, menarik alis mata, melempar penghapus, kapur, sapu dan buku, menjemur korban di panas atau hujan, menyuruh siswa lari, push up, merangkak, berdiri di depan kelas, mengompas/memalak, perpeloncoan/ospek, dll.

Bullying secara verbal antara lain menuduh atau menyalahkan, mengeritik dengan tajam dan menyakitkan, menjuluki, melecehkan, memfitnah dan menyebarkan gosip, membentak-bentak,mengecilkan, menghina,dan mendiamkan.

Secara psikologis, bullying adalah ekspresi muka merendahkan, kasar atau tidak sopan, mempermalukan di depan umum dan mengucilkan (tidak menghiraukan korban, tidak menganggap ada korban).

Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Bullying Di Sekolah

Pepler dan Craig (1988) mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang terkait dengan korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi korban bullying biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial (social withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada umumnya berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan.

Indikasi Bullying

Hal-hal berikut ini bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami bullying di sekolahnya.

  1. Kesulitan untuk tidur.
  2. Mengeluh sakit kepala atau perut
  3. Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
  4. Takut pergi ke sekolah
  5. Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
  6. Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
  7. Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid lain
  8. Sering mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah
  9. Sering mengeluh sakit pada gurunya dan ingin orangtua segera menjemput pulang

10.  Harga diri yang rendah

11.  Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya

12.  Kerusakan atau kehilangan barang-barang pribadi, berkurangnya uang jajan yang tak dapat dijelaskan

13.  Lecet atau luka yang tidak dapat dijelaskan, atau dengan alasan yang dibuat-buat

14.  Bersikap agresif di rumah

15.  Tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah, prestasi menurun

16.  Sering merasa tidak berdaya menghadapi permasalahan, submisif

Cara Mengatasi Bullying Di Sekolah

Upaya mencegah bullying di sekolah bisa dimulai dengan menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal.

Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan.

Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.

Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum dan khusus.

  1. Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
  2. Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.

Saran

Saran-saran sebagai berikut :

  1. Kepada Pihak Sekolah

Sekolah harus mempunyai peraturan dan tata tertib yang ketat kepada peserta didik untuk mengatur kehidupan siswa sehari-hari di sekolah.

  1. Kepada Guru/Guru

Bimbingan dan Konseling, memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas, perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran serta seluruh staf dan karyawan sekolah.

  1. Orang tua/Wali siswa

Sebagian besar waktunya siswa bersama keluarga, kerjasama orang tua/Wali dengan pihak sangat mutlak diperlukan untuk tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal.