Gangguan Citra Diri

Pengertian

  • Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik  masa lalu maupun sekarang
  • Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan obyek yang sering kontak dengan tubuh
  • Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
  • Gangguan citra tubuh adalah suatu pernyataan pengalaman seseorang yang berada pada kemungkinan mengalami suatu gangguan dalam cara individu menerima citra tubuh.
  • Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain.

Dimensi Dan Peranan Citra Diri

Dimensi Citra diri/Citra tubuh

Lukisan gambar citra diri diberikan oleh pletrofesa dan kawan-kawan sebagai berikut:

Dimensi pertama citra diri, yaitu diri sebagai oleh diri sendiri, dapat diwujudkan dalam pernyataan-pernyataan berikut:

“Saya baik hati”

“Saya hangat dan bersahabat”

“Saya agresif”

“Saya tidak cermat”

Sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai dampak besar terhadap apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil rendah dibanding kemampuan) di sekolah atau pun orang  yang tidak cermat memilih karier akan memandang diri sangat tidak adekuat dan bereaksi secara tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.

Dimensi kedua, citra-diri, yaitu diri sebagai dilihat oleh orang lain atau “Beginilah saya kira orang lain memandang saya”, agaknya dapat diwujudkan dalam ungkapan-ungkapan:

“Anda memandang saya sebagai bersifat bersahabat”

“Kakak memandang saya sebagai percaya diri”

“Teman-teman menganggap saya sebagai menarik”

“Paman menganggap saya sebagai gegabah”

Setiap individu juga mengembangkan sikap-sikap menurut bagaimana orang lain memandang/menganggap dirinya, lalu dia cenderung berbuat sesuai dengan anggapan-anggapan yang dipersepsi atau diterimanya.

Dimensi ketiga, citra diri, yaitu diri idaman, mengacu pada “tipe orang yang saya kehendaki tentang diri saya”. Aspirasi-aspirasi tujuan-tujuan, dan angan-angan, semuanya tercermin melalui diri idaman. Ini agaknya terungkap dalam pernyataan:

“Saya pantasnya seorang guru”

“Saya seperti orang tua  yang baik”

“Saya ini sepertinya akan menjadi orang kaya”

Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-cita hidup. Sudah barang tentu tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau sukar/tidak mungkin terjangkau merupakan citra diri yang tidak sehat.

Bagian lebih khusus citra diri, menurut Einsberg dan Delaney berkenaan dengan apa yang diketahui dan diyakini individu. Pandangan khusus seseorang berkenaan dengan diri meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan keterbatasan, minat dan bukan minat, dan pola tingkah laku dominan. Ini mencakup pandangan terhadap diri sekarang, dan harapan serta peranggapan bagi masa depan. Ada dua jenis pernyataan dalam hal ini: “Some time these self-referent statement are idiographic (me looking at self); at other time they are nomothetic (me compared to others). Beberapa contoh pernyataan yang idiographic (diri saya memandang diri sendiri) adalah

“Saya tidak dapat membaca dengan baik”

“Saya senang memetik gitar, tapi tidak suka mendengarkan opera”

“Saya sangat marah jika saya merasa dihadapi secara tidak bersahabat, namun jarang saya memperlihatkan kemarahan”

Adapun contoh pernyataan yang nomothelic (diri saya dihubungkan pada orang lain) adalah:

“Saya terbaik dari antara teman sebaya dalam bergaul dengan lawan jenis (dan bangga atas kemampuan itu)”

“Saya sangat cemas jika menyatakan sesuatu dalam kelompok. Semakin besar kelompok, semakin cemaslah saya (saya tidak suka punya masalah begini dan ingin agar saya dapat mengatasi kekhawatiran ini)”

“Orang-orang sering tampak tersinggung oleh tindakan saya dan saya tidak tahu mengapa demikian (hal ini menyusahkan saya)”

“Saya tidak bisa bermain catur  dengan baik dan agaknya akan selamanya demikian (kekurangan kemampuan ini tidaklah menyusahkan saya).”

Peranan Citra diri

Citra diri secara umum yaitu:

a)    Citra diri memberikan gambaran tentang seseorang itu. ini tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri seseorang, melainkan mencakup pula  tatanan moral, sikap-sikap, idea-idea, dan nilai-nilai yang mendorong orang bertindak atau sebaliknya tidak bertindak. Oleh karena citra diri itu berbeda  dari orang ke orang, maka citra diri dapat dianggap sebagai penunjuk pokok keunikan individu dalam bertingkah laku.

b)    Citra diri sebagai sistem sikap pandang terhadap diri seseorang dan merupakan dasar bagi semua tingkah laku, dijelaskan lebih langsung oleh Ariety (1967) bahwa ”the  self concept is basic in all behavior”. Bahwa citra diri juga sangat menentukan tingkah laku untuk masa depan seseorang terungkap dalam penyataan Einsberg dan Delaney (1977). “A person’s view toward self appears to be a powerful determinant of behavior, personal decision making, and aspirations for the future”. Jadi agaknya tidak ada keraguan bahwa citra diri sangat menentukan tingkah laku individu sekarang dan masa datang, serta menentukan pembuatan keputusan dan aspirasi-aspirasi individu bagi masa depannya.

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan kota dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Tujuannya yaitu untuk memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan klien yang memungkinkan tim perawatan merencakan askep pada klien secara perorangan.

Pada klien yang dirawat di RSU perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi, stressor pada tiap perubahan yaitu:

1)    Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2)    Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, pemasangan, alat di dalam tubuh.

3)    Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan

4)    Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh

5)    Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6)    Makna dan objek yang serang kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infuse, traksi, respriator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

7)    Kemungkinan etiologi (yang berhubungan dengan)

8)    Kekurangan umpan balik positif

9)    Kegagalan yang dirasakan

10)  Harapan-harapan yang tidak realistis (pada bagian dan orang lain)

11)  Perkembangan ego mengalami ketardasi

12)  Kebutuhan ketergantungan yang tidak terpenuhi

13)  Ancaman terhadap keamanan karena gangguan fungsi pada dinamika-dinamika keluarga.

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini tergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama selama masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (misalnya menopause selama masa dewasa tengah). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.

Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh. Mudah, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film bioskop dan periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat positif. Karena orang dengan usia tua dihormati, kultur barat (terutama di Amerika Serikat) telah dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang normal. Misalnya, monopouse dalam kultur yang lain dipandang sebagai waktu dimanan wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir-akhir ini dalam kultur barat, monopouse adalah waktu ketika wanita kurang disenangi secara seksual. Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum, dan wanita monopouse dan posmenopeuse mempertahankan rasa tentang diri mereka dan ketertarikan mereka sendiri bahkan lebih kuat.

Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh. Seseorang pada umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukkan ke dalam citra tubuh ideal seseorang. Seiring, misalnya saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak menganggap diri mereka kurus. Lansia sering mengatakan bahwa mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut memutih. Sering orang yang dulunya merasa bahwa mereka tetap dengan berat badan sebelumnya sampai diingatkan oleh pakaian yang semuanya menjadi kekecilan/ketika mereka bercermin.

Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah rumusan atau keputuan yang diambil sebagai hasil dari pengkajian keperawatan.

Tanda dan gejala gangguan citra diri

  • Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
  • Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
  • Menolak penjelasan perubahan tubuh
  • Persepsi negatif pada tubuh
  • Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
  • Mengungkapkan keputusasaan
  • Mengungkapkan ketakutan
  • Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan berat badan normal atau sangat kurus
  • Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah
  • Kesulitan menerima penguatan positif
  • Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri. Pengobatan diri
  • Tidak berpartisipasi pada terapi
  • Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obat pencahar dan diuretic, penolakan  untuk makan
  • Kontak mata kurang
  • Alam perasaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah episode dari pesta dan memicu perut
  • Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain melihat diri mereka.

Planning

Planning adalah penyusunan strategi keperawatan/intervensi yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah kesehatan klien yang diidentifikasi dari hasil analisis.

Implementasi

Implementasi adalah melaksanakan startegi keperawatan yang telah direncanakan dimana dilakukan berupa tindakan sebagai

  • Fungsi independent
  • Fungsi dependent
  • Fungsi interdependent

@ Fungsi idependen

Dalam fungi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Bersifat mandiri, berdasarkn ilmu dan kiat keperawatan, Oleh karena itu perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang labil dan tindakan yang diambil.

Contoh :

1)    Pengkajian seluruh riwayat kesehatan klien dan menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan

2)    Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk memelihara memperbaiki kesehatan

3)    Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari

4)    Mendorong klien untuk berperilaku secara wajar

@ Fungsi interdependent

Tindakan perawat berdasar  pada kerja sama, dengan tim perawat atau tim kesehatan. Dalam kolaborasi klien menjadi fakus upaya pelayanan kesehatan.

Pada fungsi ini, perawat bertanggung jawab secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.

@ Fungsi dependen

Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik. Berupa pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infuse, pemberian obat melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter, termasuk tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter.

Dalam hal ini perlu adanya komunikasi verbal dan nonverbal antara klien dan tenaga kesehatan, baik itu dokter perawat maupun tenaga  medis lainnya.

Evalua­si

Evaluasi adalah tahap akhir kegiatan proses keperawatan, perawat juga menilai hasil sejauh mana tujuan telah terapai. Kadang-kadang tujuan tidak tercapai oleh karena itu perawat meninjau kembali rencana yang telah disusun apakah terdapat sampling error.

Tujuan

Tujuan jangka pendek :

Pasien secara verbal mengakui kesalahan persepsi tentang citra tubuh sebaai gemuk dalam waktu yang ditentukan (tergantung pada berat dan kronisnya kondisi)

Tujuan jangka panjang

Pasien akan mendemonstrasikan adanya peningkatan harga diri yang ditunjukkan pada ungkapan dari aspek-aspek positif dan memperlihatkan berkurangnya perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bayangan yang lebih realistis tentan tubuh dikembangkan saat pulang.

Hasil pasien yang diharapkan

1)    Pasien mampu mengungkapkan aspek-aspek positif tentang diri

2)    Pasien mengekspresikan minat terhadap kesejahteraan orang lain dan berkurangnya renungan yang berlebihan tentang penampilan  diri

3)    Pasien mengungkapkan bahwa bayangan tentang tubuh sebagai gemuk adalah persepsi yang salah serta mendemonstrasikan kemampuan untuk mengambil kendali terhadap diri sendiri tanpa harus berlindung pada perilaku-perilaku makan yang maladaptive.