Patofisiologi Hipertensi | Manifestasi Klinik Hipertensi | Komplikasi Hipertensi

Patofisiologi Hipertensi. Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskuler yaitu curah jantung (cardiac output), tahanan periperal (peripheral resistance), dan tekanan darah (blood pressure).

Regulasi kardiovaskuler bertujuan untuk menjaga perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area yang benar dan tidak menimbulkan perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital. Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal (Muhammadun As, 2010).
Aliran darah dalam jaringan terutama diatur oleh mekanisme auotoregulasi lokal. Autoregulasi berarti penyesuaian otomatik dari aliran darah dalam setiap jaringan terhadap kebutuhan dari jaringan bersangkutan. Pada umumnya kebutuhan – kebutuhan jaringan adalah berupa nutrisi. Namun dalam beberapa keadaan autoregulasi diperlukan seperti untuk regulasi pembuangan zat sisa metabolisme dan elektrolit, dimana zat-zat tersebut dalam darah memainkan peranan penting dalam mengatur aliran darah ginjal. Di dalam otak autoregulasi untuk regulasi kadar karbondioksida, dimana zat tersebut mempengaruhi kecepatan aliran darah ke jaringan tersebut. Pada jaringan lain umumnya kebutuhan akan oksigen merupakan rangsangan yang paling kuat memunculkan autoregulasi (Guyton&Hall, 2005). 

Jika terjadi gangguan autoregulasi lokal pada kondisi yang normal, maka akan mengaktifkan mekanisme system saraf dan hormonal (Muhammadun As, 2010).

Apabila autoregulasi lokal tidak efektif, maka mekanisme saraf akan menstimulasi reseptor-reseptor yang sensitive untuk mengubah komposisi kimia dan tekanan darah sistemik yang selanjutnya mengaktifkan pusat kardivaskuler. Pada jarak waktu yang pendek terjadi peningkatan vasokonstriksi pada tekanan darah oleh menstimulasi saraf simpatis pada jantung dan peripheral. Selanjutnya homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah menjadi normal kembali. (Muhammadun As, 2010).
Mekanisme hormonal dapat merespon apabila autoregulasi tidak efektif yaitu dengan menstimulasi kelenjar endokrin untuk melepaskan hormone yang berperan dalam pengaturan tekanan darah dan volume darah. Dalam jarak waktu yang lama maka homeostasis tubuh akan mengembalikan volume dan tekanan darah kembali normal Marliani (2007).
Dalam merespon gangguan homeostasis akibat penurunan volume darah dan tekanan darah yaitu melalui stimulasi renin dan angiotensin. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzim dalam paru menjadi angiotensin II. Angotensin II dan eritropoietin dengan tempo waktu yang panjang. Angiotensin II secara langsung akan mempengaruhi peningkatan cardiac output dan vasokonstriksi peripheral untuk meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya angiotensin II akan merangsang pelepasan antidiuretic hormone (ADH), sekresi aldosteron, dan rasa haus untuk meningkatkan tekanan darah dan volume darah. Demikian pula dengan eritropoietin dengan cara meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah akan meningkatkan volume darah. Adanya regulasi melalui perangsangan mekanisme saraf dan hormonal, maka homoestasis tekanan darah dan volume darah kembali normal. Namun jika autoregulasi tersebut mengalami gangguan maka homoestasis tekanan darah tidak terjadi, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Guyton& Hall, 2005).

Manifestasi Klinik Hipertensi

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang secara progresif, dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke. Seseorang dengan maligna biasanya memiliki gejala-gejala:
1. Morning headaches
2. Penglihatan kabur
3. Sesak napas atau dispnea
4. Dan gejala uremia
Komplikasi Hipertensi
Beberapa contoh komplikasi dari hipertensi, yaitu (Udijanti,2010) :
1. Angina pectoris
2. Cardiomegali
3. Congestif heart failure
4. Iskemia miocard
5. Stroke