Hubungan Pengukuran dengan Farmasi

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas, biasanya terhadap suatu besaran standar atau satuan pengukuran. Sedangkan mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.

Kebanyakan pengukuran yang dilakukan dilaboratorium disederhanakan sedemikian rupa sehingga pada dasarnya merupakan pengukuran suatu jarak. Bila mengukur sesuatu benda harus sangat berhati-hati agar hanya menghasilkan gangguan sekecil mungkin terhadap sistem yang sedang diamati.

Adanya kesalahan baik si pengukur maupun alat ukur menyebabkan adanya ketidakpastian pengukuran. Kesalahan yang berupa penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar. Dalam batas-batas tertentu, alat ukur dapat dianggap sudah baik, namun alat ukur tersebut dirancang dan dibuat dengan baik ketidaksempurnaannya tidak dapat dihilangkan sama sekali.

Hubungan pengukuran dengan farmasi sangat penting karena dibidang farmasi tidak akan lepas dari istilah pengukuran dalam proses pencampuran suatu bahan atau zat-zat kimia sangat dibutuhkan dan ketepatan dalam menghitung takaran atau ukuran suatu zat.

Alat ukur panjang yang lazim digunakan adalah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup. Mistar memiliki tingkat ketelitian 0,1 cm dan dimana mistar adalah alat ukur yang paling sederhana dan dikenal semua orang yang mempunyai garis-garis skala ukuran.

Jangka sorong yaitu alat yang lebih teliti dalam mengukur panjang dibandingkan dengan mistar, jangka sorong memiliki tingkat ketelitian 0,01 cm, jangka sorong memiliki kelebihan dalam mengukur panjang karena dapat mengukur diameter luar dan diameter dalam serta kedalaman benda berlubang.

Jika kita menginginkan tingkat ketelitian melebihi dari jangka sorong kita dapat menggunakan mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian 0,01 mm.

Alat ukur untuk massa benda dapat digunakan neraca Ohauss. Alat ukur ini menunjukkan pengukuran massa suatu benda.

Hubungan Pengukuran dengan Farmasi

Dalam percobaan kali ini, digunakan tiga alat ukur dasar yang telah dibahas mekanisme kerja alat-alat tersebut yaitu neraca Ohauss, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Adapun cara kerja kami di laboratorium yaitu pertama disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Kemudian mulai mengukur massa bahan-bahan yang digunakan dengan neraca Ohauss. Lalu mengukur diameter kelereng sebanyak 3 kali berulang pada sisi yang berbeda, kemudian diameter dalam, luar dan panjang silinder berongga sebanyak 3 kali dan disisi yang berbeda, kemudian mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok dengan 3 kali pengukuran, begitupun dengan pengukuran sisi kubus.

Dari hasil pengukuran yang kami peroleh disetiap pengulangan pengukuran adalah; diameter kelereng: 16,02; 16,12; 16. Silinder berongga diameter luar: 2,62; 2,68; 2,67, diameter dalam: 2,36; 2,63; 2,632. Sisi kubus: 5,35; 5,4; 5,52 dan balok memiliki p : 10,414; 10,43; 10,428 lebar : 3,224; 3,23; 3,216, tinggi: 4,71; 4,72; 4,73.

Dari data diatas menunjukkan bahwa pada setiap pengukuran dengan lokasi yang berbeda terdapat pengukuran yang berbeda, hal ini disebabkan oleh faktor keidakpastian pengukuran dan faktor kesalahan dalam pengukuran.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan yaitu karena faktor peletakan alat ukur pada benda, faktor penglihatan, dan faktor penerangan dan jarak fokus.

Ketidakpastian pengukuran adalah besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran yang dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur.

Hal-hal yang mempengaruhi ketidakpastian yaitu kesalahan kalibrasi, cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan titik nol, skala alat yang berimpit dengan titik nol. Kelelahan komponen alat yang telah dipakai beberapa lama. Gesekan-gesekan selalu timbul antar bagian.

Dari data yang diperoleh dari pengukuran yang berulang pada benda yang sama memiliki selisih angka yang sangat kecil. Hal itu disebabkan karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran, maka dari itu kita perlu memahami mengenai faktor-faktor yang menyebabkan adanya selisih dan hasil pengukuran yang berbeda.

Dengan pengukuran dibidang farmasi adalah komponen yang sangat penting karena pada saat proses pencampuran dan pembuatan obat diperlukan pengukuran massa zat yang dicampur, dan pada alat-alat laboratorium .

Farmasi tidak lepas dengan ukuran dan volume alat yang telah ada pada alat laboratorium + knp 3x diukur?

Perbaikan:

Dalam percobaan ini, dilakukan pengukuran sebanyak 3x yaitu untuk memastikan atau mendukung nilai yang kita taksirkan pada pengukuran 1 dan 2, sehingga nilai ukuran juga lebih akurat. Oleh sebab itu, kita harus mengulang pengukuran agar tidak terjadi kekeliruan penilaian yang sangat besar.

Perbaikan:

Kesimpulan:

Dari hasil pengamatan diperoleh kesimpulan

Kelereng

–          Massa           : 57 gram

–          Volume        : 2162,12 cm3

–          Massa jenis   : 2,6 x 10-6 kg/cm

Kubus

–          Massa           : 67,9 gram

–          Volume        : 153,67 cm3

–          Massa jenis   : 4,4 x 10-4 kg/m3

Balok

–          Massa           : 69,3 gram

–          Volume        : 147,3 cm3

–          Massa jenis   : 4,7 x 10-9 kg/m3

Silinder berongga

–          Massa           : 14,2 gram

–          Volume        : 10,534 cm3

–          Massa jenis   : 1,35 x 10-3 kg/m3

DAFTAR PUSTAKA

Djonoputro, B. Darmawati. Teori Ketidakpastian, Bandung: Penerbit ITB, 1984.

Gabriel, J.F, Fisika Kedokteran, Jakarta: EGC, 1996.

H.J. Budaya, S.Pd,M.Kes., Fisika Kesehatan, Jakarta: Graha Ilmu, 1996.

Tim Penyusun, Fisika Dasar, Materi dan Penuntun Perkuliahan Fisika Dasar; Makassar: UNHAS, 2010.

Perbaikan

Djonoputro, B. Darmawan, Teori Ketidakpastian, Bandung; Penerbit ITB, 1984.

Gabriel, J.F, Fisika Kedokteran, Jakarta; EGC, 1996

H.J. Budaya, S.Pd., M.Kes., Fisika Kesehatan, Jakarta: Graha Ilmu 1996.

Tim Penyusun Fisika Dasar, Materi dan Penuntun Perkuliahan Fisika Dasar: Makassar: UNHAS 20