Contoh Penelitian Deskriptif

Berikut ini akan saya berikan Contoh Penelitian Deskriptif yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah penelitian pendidikan matematika. Silakan dibaca. Semoga bermanfaat.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa salah satu kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika di sekolah adalah menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, mengaplikasikan konsep dan algoritma secara luwes, akurat, efisien, serta tepat dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2003:6).

Selain masalah pendekatan, masalah lain yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah formulasi masalah yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Selama ini formulasi masalah yang sering digunakan baik pada tingkat dasar maupun lanjutan adalah masalah tradisional. Dikatakan tradisional karena masalah yang diajukan oleh guru sudah diformulasikan dengan baik dengan jawaban yang benar adalah tunggal (hanya ada satu penyelesaian). Akibatnya kreativitas dan kemampuan berpikir siswa tidak dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa tidak dapat terkomunikasikan selama proses belajar mengajar.

Shimada (1997:1) menyatakan bahwa masalah open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.

Salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran matematika di SMP adalah sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Materi pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel banyak berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Misalnya; persamaan linear dengan dua variabel, sistem persamaan linear dengan dua variabel, Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel, Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV, Menyelesaikan sistem persamaan tak linear dengan dua variabel, dan penerapan sistem persamaan linear dua variabel pada mata pelajaran lain. Siswa perlu mempelajari sistem persamaan linear dua variabel agar dapat menunjang kehidupannya di masa yang akan datang karena banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar dan wawancara singkat dengan guru matematika pada SMP Neg 4 Sungguminasa, bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dengan dua variabel, siswa mengalami kesulitan menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel, jika dikaitkan dengan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan tingkat kecakapan memecahkan masalah antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Sama halnya dengan taraf kecerdasan, atau kemampuan berpikir kreatif siswa juga dapat berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Siswa dapat berbeda dalam tingkat kemampuan prasyarat, cara pendekatan terhadap situasi belajar, bagaimana cara menerima, mengorganisasi, menghubungkan   pengalaman-pengalaman mereka, dalam cara mereka berespons terhadap metode pengajaran yang mereka alami. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.

Menurut Slameto (2003:160), perbedaan antar pribadi menyangkut sikap, pilihan atau strategi secara stabil yang menentukan cara – cara khas seseorang dalam menerima, mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah disebut dengan “cognitive styles” atau gaya kognitif yang terdiri dari Field Independen (FI) dan Field Dependen (FD). Dalam sumber yang sama dinyatakan bahwa Individu yang belajar dengan gaya field-independent cenderung menyatakan suatu gambaran lepas dari latar                     belakang   gambaran tersebut, serta mampu membedakan objek-objek dari konteks sekitarnya dengan lebih mudah, memandang keadaan sekeliling lebih secara analitis dan umumnya mampu dengan mudah menghadapi tugas-tugas yang memerlukan perbedaan-perbedaan dan analisis. Umumnya siswa yang  field-independent  kurang dipengaruhi oleh lingkungan, atau bahkan tidak dipengaruhi lingkungan. Adapun gaya belajar field-dependent kebalikan dari gaya belajar field-independent. Individu dengan gaya belajar  ini menerima sesuatu secara global dan mengalami kesulitan dalam memisahkan diri dari keadaan sekitar, cenderung mengenal dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok. Dalam interaksi sosial mereka cenderung untuk lebih perspektif dan peka. Umumnya siswa dengan gaya belajar seperti ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada lingkungan.

Gaya kognitif bukanlah suatu warisan, melainkan sangat ditentukan oleh lingkungan yang dirancang guru, karena itu guru perlu memperhatikan gaya kognitif  yang dimiliki oleh seorang siswa dengan cara menerapkan berbagai macam strategi, pendekatan, model dalam pembelajaran yang mampu mengakomodir kedua jenis gaya kognitif tersebut.

Keanekaragaman model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru  untuk menyampaikan bahan ajar merupakan upaya bagaimana memilih berbagai alternatif strategi pembelajaran matematika yang hendak diterapkan, yang selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Berdasarkan uraian di atas, ada dua faktor utama yang dapat mendukung kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kemampuan prasyarat, kemampuan berpikir konvergen, kemampuan berpikir divergen, kreativitas, persepsi, gaya kognitif. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendekatan, metode, atau strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Mengingat keterbatasan penulis, maka dalam penelitian ini dipilih faktor internal berupa kemampuan prasyarat dan gaya kognitif. Dengan asumsi kedua faktor internal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended.

Pada akhir Penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan profil kemampuan siswa sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 4 Sungguminasa dalam memecahkan masalah SPLDV berdasarkan tingkat kemampuan prasyarat dan gaya kognitif.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat tinggi dengan gaya kognitif field independen?
  2. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat tinggi dengan gaya kognitif field dependen?
  3. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif field independen?
  4. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif field dependen?
  5. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat rendah dengan gaya kognitif field independen?
  6. Bagaimana profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat rendah dengan gaya kognitif field dependen?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

  1. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat tinggi dengan gaya kognitif field independen
  2. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat tinggi dengan gaya kognitif field dependen
  3. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif field independen
  4. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif field dependen
  5. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat rendah dengan gaya kognitif field independen
  6. Mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika open-ended Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa yang berkemampuan prasyarat rendah dengan gaya kognitif field dependen

 

D. Manfaat Penelitian

Dalam Penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat bermanfaat dan memberikan informasi kepada berbagai fihak yang mempunyai hubungan dengan dunia pendidikan  khususnya kepada pembelajaran matematika. Manfaat yang diharapkan antara lain:

  1. Bagi siswa: dengan adanya perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah open-ended, sehingga kreativitasnya dapat meningkat pula.
  2. Bagi guru matematika: dapat memberikan informasi kepada guru bahwa pendekatan pemecahan masalah openended dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kreativitas siswa. Selain itu guru juga diharapkan mampu menerapkan berbagai pendekatan, metode, teknik dalam pembelajaran matematika yang mampu mengakomodir gaya kognitif yang dimiliki siswa. Sehingga terjadi peningkatan mutu pembelajaran matematika.
  3. Bagi Sekolah: penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kualitas guru, dan pada akhirnya kualitas sekolah. Selain itu, pihak sekolah dapat mendeteksi adanya siswa berbakat pada matapelajaran matematika  sehingga dapat dipilih  sebagai utusan sekolah dalam berbagai lomba seperti olimpiade matematika.

E. Batasan Istilah

  1. Masalah open-ended  adalah masalah matematika yang memiliki beberapa solusi atau memiliki beberapa cara penyelesaian. Dimana masalah tersebut baru bagi siswa.
  2. Kemampuan pemecahan masalah SPLDV  adalah Kemampuan untuk menemukan solusi  dari masalah  sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) yang berupa langkah-langkah penyelesaian
  3. Tingkat kemampuan Prasyarat  adalah tingkat kemampuan siswa yang terdiri atas tinggi, sedang, dan rendah untuk materi prasyarat SPLDV yang telah diperoleh berdasarkan hasil tes, yang didukung oleh informasi dari guru.
  4. 4.    Gaya kognitif adalah cara konsisten yang digunakan siswa dalam mengamati dan beraktivitas mental di bidang kognitif, memproses informasi, dan memecahkan masalah. Gaya ini meliputi gaya FI dan  gaya FD.
  5. Profil kemampuan pemecahan masalah adalah gambaran/deskripsi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika open-ended menurut keadaan yang sebenarnya.
  6. Siswa dengan kategori tinggi FI: Siswa dengan kemampuan prasyarat tinggi dan gaya kognitif tidak bergantung pada lingkungan
  7. Siswa dengan kategori tinggi FD: Siswa dengan kemampuan prasyarat tinggi dan gaya kognitif bergantung pada lingkungan
  8. Siswa dengan kategori sedang FI: Siswa dengan kemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif tidak bergantung pada lingkungan
  9. Siswa dengan kategori sedang FD: Siswa dengan kemampuan prasyarat sedang dengan gaya kognitif bergantung pada lingkungan
  10. Siswa dengan kategori rendah FI: Siswa dengan kemampuan prasyarat rendah dengan gaya kognitif tidak bergantung pada lingkungan
  11. Siswa dengan kategori rendah FD: Siswa dengan kemampuan prasyarat dah dengan gaya kognitif bergantung pada lingkungan

Baca juga Contoh Penelitian Deskriptif Matematika dan Contoh Latar Belakang Skripsi Matematika