Kualitas pembelajaran dalam hal ini proses belajar mengajar di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin aplikasi.
Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika
Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran matematika sekolah. Namun berbagai upaya tersebut belum mencapai hasil yang optimal, karena berbagai kendala di lapangan. Salah satunya yaitu pembelajaran matematika di kelas pada umumnya berpusat pada guru, yang mengakibatkan siswa menjadi malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran. Dari pandangan ini dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab kurang berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran matematika di kelas adalah pendekatan yang kurang tepat dalam mengaktifkan siswa.
Terkait dengan hal itu, dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran matematika di Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Bontoramba semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 ditemukan beberapa kelemahan, yaitu rendahnya minat siswa terhadap pelajaran matematika, siswa kurang mengerti materi yang disampaikan oleh guru dikarenakan guru hanya menyuruh siswa untuk menyalin materi yang diajarkan, tidak adanya keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat sehingga siswa cenderung bersikap pasif, adanya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga siswa kurang termotivasi belajar matematika, serta rendahnya hasil belajar siswa yang terlihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai KKM sebelum remedial pada ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Anggapan yang demikian, disebabkan karena pola pembelajaran cenderung berpusat kepada guru (teacher center) dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan siswa.
Kondisi seperti di atas tentu kurang dan bahkan tidak akan menguntungkan perkembangan dunia pendidikan matematika di Indonesia pada masa yang akan datang. Oleh karena itu menurut Upu (2003) perlu adanya upaya untuk menemukan dan menerapkan dengan sungguh-sungguh suatu hasil penelitian tentang pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa secara aktif, dinamik, kreatif dan generatif, dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika, salah satunya dengan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Untuk menangani masalah tersebut, perlu dikembangkan suatu desain pembelajaran. Peneliti tertarik mengembangkan desain pembelajaran kooperatif berbasis kasus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
Model kooperatif berbasis kasus merupakan perpaduan model kooperatif dan pendekatan pembelajaran berbasis kasus. Pemilihan model kooperatif dan pendekatan pembelajaran berbasis kasus didasarkan pada beberapa teori tentang model dan pendekatan pembelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dapat dipilih sebagai salah satu alternatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah secara bersama. Menurut Lord (1994) (dalam Suradi, 2005), dalam pembelajaran kooperatif peranan guru beralih dari penyaji menjadi fasilisator.
Dengan demikian, dalam belajar kelompok siswa dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan baik bertanggung jawab secara perorangan maupun secara berkelompok dan secara tidak langsung diantara siswa yang satu dengan lainnya saling mengingatkan jika mendapatkan kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini perlunya menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam meningkatkan keaktifan siswa adalah pendekatan pembelajaran berbasis kasus.
Pembelajaran berbasis kasus yang dikenal dengan istilah case based learning yang disingkat dengan CBL adalah suatu factually based pendekatan pembelajaran melalui pendekatan proyek nyata yang berkembang di lapangan. Kasus yang diangkat dalam pembelajaran ini adalah yang dapat mengstimulasi diskusi dalam ruang belajar serta menganalisis kasus di dalam kerja sama kelompok (Gultom, 2010).
Pembelajaran berbasis kasus lebih menitikberatkan pada interaksi antar siswa dalam mengeksplorasi solusi yang terbaik dalam penyelesaian kasus dalam situasi yang spesifik dan realistik serta aktivitasnya terpusat pada siswa (student centered) (Gultom, 2010).
Sejak tahun ajaran 2006/2007 diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK). Pada KTSP ditekankan dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Contextual Problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran berbasis kasus dapat menjadi alternatif untuk memberikan pemahaman tentang konsep himpunan secara lebih tepat, karena dalam proses pembelajarannya dimulai dengan kasus-kasus nyata yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa dan dalam proses pembelajaran keaktifan siswa sangat dibutuhkan untuk mencari solusi terbaik dari kasus-kasus yang diberikan. Keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat baik bagi pengalaman belajarnya karena menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri konsep himpunan yang dipelajari.
Dari kenyataan tersebut, penulis mencoba mengkaji lebih jauh Pembelajaran kooperatif berbasis kasus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Dengan mengangkat judul: ”Pengembangan Desain Pembelajaran Kooperatif Berbasis Kasus pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Bontoramba”.
Baca juga tentang Skripsi Penelitian Pendidikan Matematika