Pengaruh Tindakan Mobilisasi Dini terhadap Lama Hari Rawat Pasien Post Operasi Laparatomi

Soal UN SD 2012. Beberapa orang mengetahui bahwa sehat adalah suatu keadaan stabil baik dari segi fisik, mental, sosial-ekonomi, dan tentunya produktif. Namun tidak sedikit orang yang hanya mengetahui sehat itu adalah kondisi ketika tidak sakit, ini yang salah beberapa masyarakat Indonesia lebih memilih mencari sehat jika sakit sedangkan ketika sehat mereka tidak menjaganya.

Poin terpenting dari menjaga kesehatan bukanlah ketika kita sakit kemudian berobat dan minum obat lalu sembuh namun ketika kita bisa hidup sehat, menjaga lingkungan, pola makan, dan mengatur aktifitas kita.
Kesehatan sebenarnya bukan dilihat saat kita dapat sembuh dari penyakit namun dilihatdi saat kita dapat mempertahankan kondisi stabil kita. Kurang lebih ada 15% penduduk Indonesia yang sakit dan 85% lainnya dalam keadaan yang sehat namun pemerintah lebih memperhatikan ke-15% orang sakit ini. Sementara tidak ada pelayanan bagi 85% masyarakat Indonesia yang sehat. Pemerintah lebih mementingkan rumah sakit dibandingkan pusat kesehatan masyarakat yang merata bagi pelayanan dan penyuluhan kesehatan masyarakat(Depkes RI , 2010)
Sebagian besar rumah sakit menunjukkan palayanan yang tidak efisien sebagai salah satu sumber peningkatan biaya, sementara kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh klien. Untuk menghadapi penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit, maka kualitas pelayanan keperawatan tidak dapat ditawar lagi. Ditempat – tempat perawatan akut, perhatianutama berfokus pada bagaimana carauntuk memulangkan klien secepat mungkin dengan waktu rawat yang dipersingkat ( perry dan potter, 2005, ).
Pada pasien pasca operasi laparatomi sebaiknya segera dilakukan mobilisasi dini dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi. Tetapi pada umumnya pasien pasca operasi laparatomi sering mengalami keterbatasan pergerakan dan cenderung berada dalam posisi horisontal yang mana posisi tersebut akan menyebabkan perubahan dramatik pada tulang dan sendi. Hal tersebut diakibatkan oleh kekhawatiran dan ketakutan pasien bahwa jika bergerak luka insisi akan terbuka atau karena pengalaman pasien jika bergerak akan menimbulkan perasaan nyeri sehingga pasien memilih untuk tidak melakukan mobilisasi sedini mungkin(brunner &suddarth,2002)
Mobilisasi dini dilakukan untuk meningkatkan ventilasi dan mengurangi statis sekresi bronchial pada paru, mengurangi kemungkinan distensi abdomen pasca operatif dan membantu meningkatkan tonus saluran gastrointestinal dan dinding abdomen serta menstimulasi peristaltik, disamping itu mobilisasi dini mencegah statis darah dengan meningkatkan kecepatan sirkulasi pada ekstremitas sehingga mencegah terjadinya tromboflebitis atau flebotrombosis. Selain itu mobilisasi dini mempercepat pemulihan pada luka abdomen, mengurangi nyeri, vital sign kembali normal dengan cepat dan meningkatkan kekuatan serta massa otot. Jenis mobilisasi dini yang akan diberikan pada pasien pasca operasi adalah berupa range of motion (ROM) exercise, yang mulai dilakukan 8-12 jam setelah operasi dan setelah efek anestesi seperti mual dan  muntah, kesulitan bernafas, pusing dan sakit kepala telah hilang. Dengan diberikan secara berkala dan semakin hari makin ditingkatkan baik pergerakan maupun lamanya dilakukan mobilisasi. (Carolyn kismer dan allen colbyi, 1990)
Beberapa peneliti juga menemukan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka, karena mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi di daerah insisi yag dengan sendirinya akan meningkatkan transportasi zat-zat esensial yang berperan dalam proses penyembuhan.
Menurut pandangan islam juga menjelaskan bahwa Mobilisasi itu begitu penting bagi kesembuhan pasien karena melatih tungakai sedini mungkin merupakan satu kegitan olahraga ringan dalam hal ini sholat. Sholat memiliki arti penting bagi kesehatan dan kesembuhan pasien dimana tiap gerakan dalam sholat mengandung makna tersendiri bagi kesehatan. Selain bacaan shalat yang antara lain berisi doa untuk diberi kesehatan, gerakan shalat pun dapat menyehatkan. ”Gerakan shalat dapat melenturkan urat saraf, mengembalikan posisi saraf, mengaktifkan sistem keringat, mengaktifkan sistem pemanas tubuh, membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan listrik negatif dari tubuh kita lewat tombol getar, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung). Namun sebagai perawat juga harus menyesuiakan dengan kondisi dan keyakinan klien itu sendiri sehingga dengan adanya moblisasi itu tidak menimbulkan masalah baru yang akan memperberat penyakitnya.
Seorang tenaga kesehatan khususnya yang bekerja dibidang keperawatan yang langsung memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit, sangatlah membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan intervensi keperawatan khususnya perawatan luka termasuk pada klien post laparatomi sehingga lama perawatan pasien, menjadi lebih efesien. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Qashas ayat 14 dan surah Al-Mujadilah ayat 11 yang menjelaskan pentingnya pengetahuan dan keterampilan seorang perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan(berbuat baik) kepada pasien :
Surah Al-Qashas ayat 14 :
Terjemah :
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke- padanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Surah Al Mujadilah ayat 11
Terjemah :
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Soal UN 2012